Situs Bersejarah Simpang Keramat di Tepian Sungai Matan Kayong Utara Terancam Hilang

Situs Bersejarah Simpang Keramat di Tepian Sungai Matan Kayong Utara Terancam Hilang

Editor: DailyNusantara.id author photo
Kondisi Kawasan Simpang Keramat yang Terancam Hilang Terkikis Abrasi 

Dailynusantara.id, Kayong Utara  –  Situs sejarah Simpang Keramat yang berada di tepian sungai terancam oleh aktivitas ponton yang sering lalu lalang.

“Situs bersejarah peninggalan nenek moyang kita dari Kerajaan Simpang Matan terancam punah karena adanya aktivitas ponton yang lalu lalang membawa bauksit maupun CPO dan lainnya, ” ujar Gusti Bujang Mas Ketua PERTASIM kepada Media ini Minggu (28/05/2023).

Pemeran Ki Anjang Samad dalam Film Perang Belang Kait itu, menuturkan, bahwa Perundohan Tanah Simpang (PERTASIM) bersama Dinas Perhubungan (DISHUB) Kayong Utara meninjau kawasan Situs Simpang Keramat pada Sabtu( 27/05/ 2023).

Berdasarkan hasil peninjauan, bibir sungai yang berdekatan dengan areal situs sudah tergerus beberapa meter. Bahkan aktivitas ponton telah merusak bekas tingkat Masjid yang tepat berada di dekat cabang (persimpangan) sungai Simpang dan Sungai Matan tersebut.

“Kami tahun lalu kesini, tongkat ini masih diatas tanah jauh dari sungai, nah sekarang bisa saksikan sendiri, ini sudah jejak ke sungai bahkan itu ada yang patah dan tercebur. Ini bekas tiang masjid Kerajaan Simpang, kalau tidak percaya silahkan buka data sejarah ada pada tahun 1823, ada lukisan dan manuskripnya. Tepat disinilah lokasi masjid tua simpang itu, sedangkan keratonnya di sana, ” tutur Gusti Bujang Mas saat menerangkan pada rombongan sambil menunjukkan lokasi.

Gusti Bujang Mas menegaskan, bahwa situs ini memiliki nilai sejarah yang harus dilindungi dan dilestarikan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan, dan kali ini bersama pihak Dinas Perhubungan dimana lalu lintas kapal ponton adalah domainnya. Ia berharap setelah melihat fakta lapangan, agar pihak terkait dapat melakukan mediasi dengan perusahaan agar dapat mencari solusi terbaik guna penyelamatan areal situs.

Miftahul Huda sebagai anggota TACB (Tim Ahli Cagar Budaya Kayong Utara) yang turut dalam rombongan menambahkan, bahwa situs Simpang keramat memiliki nilai penting yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan serta identitas bagi masyarakat simpang.

Sebab di lokasi tersebut pada abad ke 18 – 20 pernah menjadi pusat pemerintahan dan berlangsung empat generasi raja. Yang di mulai dari Pangeran Ratu Agung Kesumaningrat, Gusti Mahmud, Gusti Muhammad Roem dan terkahir Gusti Panji. Kemudian selanjutnya pusat pemerintahan berpindah ke Teluk Melano pada tahun 1912 hinga saat ini.

“Kawasan cagar budaya Simpang Keramat ini selain terdapat makam raja raja Simpang dan kerabatnya, juga terdapat meriam Bujang Koreng, tiang tiang tua eks Masjid serta Keraton Simpang yang dibangun pada masa Pangeran Ratu Agung Kesumaningrat sebagai pendiri Kerajaan simpang, lalu diperbaharui oleh Gusti mahmud pada tahun 1814. Namun setelah meninggalnya Gusti Panji pada 1917, tempat ini perlahan ditinggalkan dan tidak terawat hingga seperti ini, ” terang Huda.

Huda yang konsen pada peninggalan sejarah dan budaya itu berharap agar siapapun dia dan darimanapun asalnya untuk dapat menghargai dan ikut melestarikan situs Simpang Keramat ini. Sebab menurutnya hal tersebut wajib dilakukan mengingat jasa jasa mereka yang cukup besar.

“Salah satunya adalah perjuangan Gusti Panji yang memimpin perang belangkaet pada tahun 1915. Dimana perang tersebut mengusir penjajahan Belanda hingga nyawa yang menjadi taruhannya, sebab banyak yang jadi korban saat itu, termasuk Ki Anjang Samad yakni panglima perang juga turut menjadi korban, ” ujar Huda penuh harap.(*)

Ads vertikal
Share:
Komentar

Berita Terkini